Penanganan Biologis
1. Terapi Kejut dan Psychosurgery
Pada awal tahun 1930-an dilakukan intervensi biologis yang radikal terhadap para ODS. Diantaranya adalah terapi koma insulin yaitu penanganan yang dilakukan dengan memberikan insulin dalam dosis yang tinggi, praktek ini diperkenalkan oleh Sakel (1938). Terapi ini kemudian dianggap memiliki efektivitas yang rendah, berbahaya dan mulai ditinggalkan. Selain itu terapi elektro-konvulsif (ECT) yang diciptakan oleh Cerletti dan Bini (1938) juga dianggap memiliki efektivitas minimal.
Pada tahun 1935 Moniz seorang psikiater berkebangsaan Portugis memperkenalkan lobotomy prefrontalis yaitu suatu prosedur pembedahan yang membuang bagian-bagian yang menghubungkan lobus frontalis dengan pusat otak bagian bawah. Penanganan ini mengklaim memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Setelah itu banyak ODS yang mengalami gangguan (tidak saja ODS yang mengalami skizofrenia) menjalani berbagai variasi psychosurgery, namun pada tahun 1950-an intervensi ini mendapatkan reputasi buruk, diantaranya disebabkan banyak ODS yang menjalankan prosedur tersebut menjadi tumpul dan tidak bertenaga serta sering kehilangan kemampuan kognitif mereka. Misalnya saja tidak mampu melakukan percakapan yang runtut dengan orang lain. Adapun alasan utama ditinggalkannya terapi ini adalah karena adanya penemuan obat-obatan yang tampaknya dapat mengurangi berbagai ekses behavioral dan emosional pada banyak ODS.
2. Terapi Obat
Perkembangan penting terapi skizofrenia terjadi sekitar tahun 1950-an dengan ditemukannya obat-obatan yang disebut antipsikotik atau juga disebut neuroleptik karena dapat menimbulkan efek samping yang sama dengan simtom-simtom penyakit neurologis.
a. Obat-obatan Antipsikotik Tradisional
Fenothiazin merupakan obat antipsikotik yang paling banyak digunakan. Fenothiazin mulai menjadi perhatian setelah ditemukannya antihistamin yang mengandung nucleus fenothiazin. Antihistamin ini digunakan untuk mengurangi syok karena pembedahan, dimana ODS tersebut akan mengantuk dan ketakutannya menghadapi operasi menjadi berkurang. Hal ini disebabkan karena fenothiazin yang terkandung di dalamnya akan menghasilkan efek terapeutik dengan menghambat berbagai reseptor dopamine di dalam otak sehingga mengurangi pengaruh dopamin pada pikiran, emosi dan perilaku.
Khlorpromazin ( dengan nama jual Thorazine) adalah obat lainnya yang sangat terbukti untuk menenangkan ODS. Berbagai antipsikotik lain juga telah digunakan selama bertahun-tahun untuk menangani ODS , diantaranya adalah butirofenon (haloperidol, Hadol) dan thioksantin (thiothiksin, Navane). Berbagai kelompok tersebut dapat mengurangi simtom-simtom positif skizofrenia, namun hanya sedikit efeknya tau bahkan tidak memberikan efek bagi simtom-simtom negatif. Perlu diperhatikan bahwa obat-obat tersebut memang dapat mengurangi simtom-simtom yang ada tapi tidak menyembuhkan skizofrenia. Lebih jauh lagi terdapat sekitar 30% ODS yang tidak merespon secara positif obat-obatan psikotik tersebut. Terdapat obat-obatan lain yang diberikan sebagai tambahan dari obat antipsikoti, diantaranya adalah lithium,antidepresan,antikonvulsan,serta obat penenang. Obat-obatan psikotik secara signifikan mengurangi perawatan jangka panjang di rumah sakit, namun obat-obatan tersebut juga menciptakan lingkaran setan yaitu masuk rumah sakit, keluar dan kemali masuk rumah sakit (hal ini terjadi pada beberapa ODS).
b. Efek Samping Antipsikotik Tradisional
Efek samping dari obat-obatan antipsokotik yang umum dilaporkan adalah pusing, penglihatan kabur, tidak bisa tenang, dan disfungsi seksual. Selain itu terdapat sekumpulan efek samping yang sangat mengganggu yang disebut efek samping ekstrapiramidal yang berakar dari berbagai disfungsi batang saraf yang menjulur dari otak ke neuron motorik pada tulang belakang. Efek samping ekstrapiramidal mirip dengan simtom-simtom penyakit parkinson. Selain itu terdapat gangguan otot yang dialami ODS yang berusia lanjut yaitu diskinesia tardif. Ciri-cirinya adalah otot-otot mulut tanpa dapat dikendalikan membuat gerakan menghisap, bibir berkecap, dan dagu bergerak ke kanan dan ke kiri. Dalam kasus yang lebih parah, seluruh tubuh dapat menajdi subjek gerakan motorik yang tidak dapat dikendalikan. Dalam hal ini, ahli klinis menghadapi suatu dilema yaitu, jika pemberian obat dikurangi kemungkinan untuk kambuh akan meningkat, namun jika pemberian obat diteruskan dapat terjadi efek samping yang serius dan tidak dapat diatasi.
c. Terapi Obat Terbaru
Klozapin (clozaril) merupakan obat yang ditemukan kemudian setelah obat-obatan antipsikotik tradisional. Obat ini dapat memberikan manfaat terapeutik bagi para ODS yang tidak merespon dengan baik obat-obatan antipsikotik tradisional dan memberikan manfaat terapeutik yang lebih besar dalam mengurangi simtom-simtom positif. Para ODS yang mengkonsumsi obat ini memiliki kemungkinan lebih kecil untuk berhenti terapi. Selain itu, klozapin juga menimbulkan efek samping motorik yang lebih sedikit . Lebih jauh lagi, pemeliharaan kondisi para ODS yang sudah keluar dari rumah sakit dengan menggunakan klozapin dapat mengurangi angka kekambuhan.
Meskipun demikian, klozapin dapat menimbulkan efek samping yang serius. Obat ini dapat melemahkan keberfungsian system imun pada sejumlah kecil ODS dengan menurunkan jumlah sel darah putih, menjadikan ODS rentan terhadap infeksi bahkan kematian. Obat tersebut juga dapat menimbulkan kejang-kejang dan efek samping lain, seperti pusing, fatik, berliur, dan penambahan berat badan.
Obat-obatan lain yang memiliki tingkat efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan obat antipsikotik adalah olanzapin (Zyprexa) dan ridon (Risperdal). Keduanya mempunyai keuntungan yaitu menimbulkan efek samping motorik yang lebih sedikit. Selain itu, obat risperidon dapat memperbaiki memori jangka pendek. Risperidon memungkinkan terjadinya perubahan yang lebih menyeluruh dalam skizofrenia dan berbagai konsekuensi behavioralnya dibandingkan obat-obatan yang tidak memiliki berbagai efek kognitif tersebut.
d. Evaluasi Terapi Obat
Obat-obatan antipsikotik merupakan bagian yang tidak dapat dihapuskan dalam penanganan skizofrenia dan tanpa diragukan akan terus menjadi suatu komponen penting. obat-obat tersebut jelas lebih dipilih daripada jaket pengikat yang sebelumnya digunakan untuk mengikat ODS. Lebih jauh lagi, keberhasilan klozapin, olanzapin, dan risperidon belum lama ini telah mendorong upaya berkesinambungan untuk menemukan berbagai terapi obat yang baru dan lebih efektif bagi skizofrenia.
B. Penanganan Psikologis
1. Terapi Psikodinamika
Freud meyakini bahwa para penderita skizofrenia tidak mampu mengembangkan hubungan interpersonal terbuka yang penting bagi analisis. Maka dari itu, ia tidak memberikan banyak sumbangan baik melalui praktik klinis maupun berbagai artikelnya untuk mengadaptasi psikoanalisis bagi penanganan para ODS.
Di lain pihak, Harry Stack Sullivan merupakan tokoh yang mempelopori penggunaan psikoterapi bagi para ODS yang dirawat di rumah sakit. Sullivan berpendapat bahwa skizofrenia mencerminkan suatu kondisi dimana seseorang kembali ke bentuk komunikasi pada awal masa anak-anak. Ego yang lemah pada para penderita skizofrenia yang tidak mampu mengatasi stress ekstrem dalam berbagai tantangan interpersonal, kemudian mengalami regresi. Maka, terapi menghendaki ODS untuk mempelajari bentuk-bentuk komunikasi orang dewasa dan memperoleh insight atas peran masa lalu dalam berbagai masalah saat ini. Sullivan menyarankan pembentukan hubungan kepercayaan yang sangat bertahap dan tidak mengancam.
Frieda Fromm-Reich-mann seorang psikiater berkebangsaan Jerman juga mengungkapkan pendekatan ego-analisis yang sama. Ia menganggap bahwa perilaku menyendiri para ODS merupakan cerminan keinginan untuk menghindari berbagai penolakan yang dialami pada masa anak-anak dan yang kemudian dianggap tidak dapat dihindari. Ia menangani mereka dengan sangat sabar dan optimism besar, menunjukkan dengan jelas bahwa mereka tidak perlu menerimanya dalam dunia mereka atau sembuh dari sakit yang mereka derita sampai mereka benar-benar siap melakukannya.
Meskipun banyak klaim keberhasilan yang disampaikan atas berbagai analisis yang dilakukan oleh Sullivan dan Fromm-Reichmann, pengamatan teliti terhadap ODS yang mereka tangani menunjukkan banyak diantara mereka yang hanya menaglami gangguan riangan dan mungkin bahkan tidak akan didiagnosis sizofrenik berdasarkan criteria DSM-IV TR.
2. Pelatihan Keterampilan Sosial
Adanya pendapat yang mengatakan bahwa sejumlah besar stress yang dialami oleh para ODS skizofrenik disebabkan oleh kesulitan yang mereka alami dalam mendiagnosis berbagai tantangan sosial sehari-hari, termasuk berbafgai tekanan yang muncul dalam keluarga ketika mereka kembali ke rumah setelah dirawat di rumah sakit mendorong perkembangan selanjutnya lebih diarajkan pada terapi-terapi sosial.
Pelatihan keterampilan sosial dirancang untuk mengajari para penderita skizofrenia bagaimana dapat berhasil dalam berbagai situasi interpersonal yang sangat beragam. Dengan melakukan hal tersebut memungkinkan orang yang bersangkutan mengambil bagian lebih besar dalam hal-hal positif yang terdapat di luar tembok-tembok institusi mental sehingga meningkatkan kualitas hidup mereka. Dalam hal ini studi yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa para ODS yang mengalami gangguan parah dapat diajari perilaku sosial baru yang membantu mereka berfungsi lebih baik. Dimana tingkat kekambuhannya lebih sedikit, keberfungsian sosial yang lebih baik dan kualitas hidup yang lebih tinggi.
3. Terapi Keluarga dan Mengurangi Ekspresi Emosi
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam terapi ini adalah :
· Edukasi mengenai skizofrenia, terutama kerentanan biologis yang mempredisposisi seseorang terhadap penyakit tersebut, berbagai masalah kognitif yang melekat dengan skizofrenia, simtom-simtomnya dan tanda-tanda akan terjadinya kekambuhan. Dalam hal ini, para terapis mendorong seluruh anggota keluarga untuk menurunkan ekspektasi mereka terhadap anggota keluarga mereka yang menderita skizofrenia sebagai cara untuk mengurangi kritisisme mereka. Para terapis menjelaskan kepada keluarga dan juga ODS bahwa skizofrenia utamanya adalah penyakit biokomiawi dan pengobatan yang tepat serta jenis terapi yang mereka jalani dapat mengurangi stress pada ODS dan mencegah memburuknya kondisi.
· Informasi dan pemantauan berbagai efek pengobatan antipsikotik
· Menghindari saling menyalahkan, terutama mendorong keluarga untuk tidak menyalahkan diri sendiri maupun ODS atas penyakit tersebut dan atas semua kesulitan yang dialami seluruh keluarga dalam menghadapi penyakit tersebut.
· Memperbaiki komunikasi dan keterampilan penyelesaian masalah dalam keluarga.
· Mendorong ODS dan keluarganya untuk memperluas kontak sosial mereka terutama jaringan dukungan.
· Menanamkan sebentuk harapan bahwa segala sesuatu dapat menjadi lebih baik termasuk harapan bahwa ODS bisa untuk tidak kembali dirawat di rumah sakit.
4. Terapi Kognitif-Behavioral
Suatu literatur klinis yang berkembang dewasa iini mdenunjukkan bahwa berbagai keyakinan maladaptive pada beberapa ODS kenyataannya dapat dirubah dengan berbagai intervensi kognitif-behavioral.
a. Terapi Personal (Personal Therapy)
Menurut Hogarti terapi personal adalah suatu pendekatan kognitif-behavioral berspektrum luas terhadap multiplisitas masalah yang dialami para ODS skizofrenia yang telah keluar dari rumah sakit. Terapi individualistik ini dilakukan secara satu persatu maupun dalam kelompok kecil. Penurunan jumlah reaksi emosi para anggota keluarga dapat menurunkan tingkat kekambuhan ODS setelah keluar rumah sakit. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah :
· Mengajari ODS bagaimana mengenali afek yang tidak sesuai
· Para ODS diajarkan untuk memperhatikan tanda-tanda kekambuhan meskipun kecil, seperti penarikan diri dari kehidupan sosial atau intimidasi yang tidak pantas kepada orang lain
· Mempelajari berbagai keterambilan untuk mengurangi berbagai masalah-masalah tersebut (mencakup terapi rasional emotif)
· Mengajari ODS teknik-teknik relaksasi otot sebagai suatu alat bantu untuk belajar mendeteksi kecemasan atau kemarahan yang berkembang secara perlahan kemudian menerapkan keterampilan relaksasi untuk mengendalikan berbagai emosi tersebut secara lebih baik.
Terapi ini juga mencakup berbagai elemen non behavioral terutama penerimaan yang hangat dan empatik atas gangguan emosional dan kognitif ODS bersama dengan ekspektasi yang frealistik, namun optimistic bahwa hidup dapat menjadi lebih baik.
Fokus utama terapi ini sebagian besar terletak pada ODS dengan tujuan untuk mengajarkan keterampilan coping internal kepada ODS, berbagai cara baru dalam berfikir dan mengendalikan berbagai reaksi afektif terhadap tantangan apapun yang terdapat di lingkungannya. Hal penting dalam terapi ini adalah manajemen kritisisme dan penyelesaian konflik yang merujuk pada cara menghadapi umpan balik negatif dari orang lain dan cara menyelesaikan berbagai konflik interpersonal merupakan bagian tak terhindarkan dalam berhubungan dengan orang lain.
b. Terapi Reatribusi (Reatribution Therapy)
Melalui diskusi kolaboratif (dan dalam konteks berbagai model intervensi lain termasuk pemberian obat-obatan antipsikotik), beberapa ODS dibantu untuk memberikan suatu makna nonpsikotik terhadap berbagai simtom paranoid sehingga mengurangi intensitas dan karakteristiknya yang berbahaya, sama dengan yang dilakukan dalam terapi kognitif Beck untuk depresi dan pendekatan Barlow terhadap gangguan panik.
c. Mengamati fungsi-fungsi Kognitif Dasar
Pendekatan ini berkonsentrasi pada upaya menormalkan fungsi-fungsi kognitif fundamental seperti perhatian dan memori yang diketahui melemah pada banyak ODS skizofrenik dan berhubungan dengan adaptasi sosial yang buruk. Asumsi dari pendekatan ini adalah perbaikan fungsi-fungsi kognitif akan mendorong meningkatnya perbaikan klinis, selain itu juga memberikan perhatian terhadap proses-proses kognitif fundamental memberikan sesuatu yang menjanjikan bagi perbaikan kehidupan sosial emosional orang-orang yang menderita skizofrenia.
C. Manajemen Kasus
National Institute of Mental Health (NIMH) menyusun suatu program yang memberikan bantuan dana ke seluruh negara bagian untuk membantu ODS menghadapi system kesehatan mental. Dari program ini tercipta suatu bidang keahlian baru dalam kesehatan mental, yaitu manajer kasus.
Pada awalnya, para manajer kasus berfungsi sebagai pialang layanan, karena mereka tidak asing dengan system tersebut. mereka mampu menghubungkan ODS dengan para penyedia layanan apapun yang dibutuhkan ODS. Model Assertive Community Treatment dan model Intensive Case Management mencakup suatu tim multidisiplin yang menyediakan berbagai layanan di masyarakat mulai dari pengobatan, penanganan bagi penyalahgunaan zat, membantu mengatasi berbagai stressor yang dihadapi ODS secara rutin, psikoterapi, pelatihan pekerjaan, dan membantu ODS mendapatkan rumah dan pekerjaan. para manajer kasus berfungsi seperti lem yang merekatkan dan mengkoordinasi seluruh layanan medis dan psikologis yang penting bagi para ODS agar tetap dapat berfungsi di luar rumah sakit dengan cukup kemandirian serta ketenangan pikiran.
D. Kecenderungan Umum dan Penanganan
· Keluarga dan ODS dapat diberi informasi yang realistis dan cukup ilmiah tentang skizofrenia sebagai suatu disabilitas yang dapat dikendalikan, namun mungkin dialami seumur hidup.
· Pengobatan hanya merupakan bagian dari gambaran keseluruhan penanganan.
· Semakin diakui bahwa intervensi dini penting dan berguna untuk mempengaruhi perjalanan skizofrenia.
Meskipun jenis penanganan terpadu memang menjanjikan namun kenyataannya menyedihkan, bahwa hal itu tidak tersedia ataupun tidak terakses secara luas oleh sebagian besar ODS dan keluarga mereka. Berbagai penyebabnya tidak diketahui dengan jelas.
Sumber :
1.Psikologi Abnormal Edisi ke-9 : Gerald C Davidson, John M. Neale, Ann M Kring :2006
No comments:
Post a Comment