a. Faktor Biologis
1. Adanya gangguan pada neurotransmitter (penyampaian pesan secara kimiawi) dimana terjadi ketidakseimbangan produksi neurotransmitter dopamine, bila kadar dopamine berlebihan atau kurang,penderita dapat mengalami gejala positif atau gejala negatif.
2. Pengaruh genetik
Kemungkinan bahwa schizophrenia merupakan kondisi kompleks warisan, dengan beberapa gen mungkin berinteraksi untuk menghasilkan resiko schizophrenia terpisah atau komponen yang dapat terjadi mengarah diagnosa. Gen ini akan muncul untuk nonspesifik dimana mereka dapat menimbulkan resiko gila lainnya. Seperti kekacauan gangguan bipolar. Duplikasi dari urutan DNA dalam gen (dikenal sebagai menyalin nomor varian) memungkinkan terjadi peningkatan resiko schizophrenia.
Sekelompok peneliti internasional mengidentifikasi tiga variasi baik dari DNA yang diperkirakan meningkatkan penyakit schizophrenia, serta beberapa gen lain yang mempunyai kaitan kuat dengan penyakit ini. David St. Clair seorang psikiater di University of Aberdeen di Scotlandia mengatakan, penemuan ini seperti awal dari jaman baru. Begitu peneliti memahami mekanisme kerja dari proses mutasi, maka obat dan pendekatan baru dapat dikembangkan.
Dalam penelitian,peneliti menganalisa gen dari 6.000-10.000 orang dari seluruh dunia yang separuhnya menderita schizophrenia.Mereka menemukan 1 mutasi pada kromosom 1,dua pada kromosom 15 dan menetapkan suatu jenis gen yang terkait dengan kondisi schizophrenia pada kromosom 22.Perubahan ini dapat meningkatkan resiko berkembangnya schizophrenia hingga 15 kali lipat.
b. Faktor Psikososial
Skizofrenia ditinjau dari factor psikososial sangat dipengaruhi oleh faktor keluarga dan stressor psikososial. Pasien yang keluarganya memiliki emosi ekspresi (EE)yang tinggi memiliki angka relaps lebih tinggi daripada pasien yang berasal dari keluarga berkspresi yang rendah. EE didefinisikan sebagai perilaku yang intrusive, terlihat berlebihan, kejam dan kritis. Disam ping itu, stress psikologik dan lingkungan paling mungkin mencetuskan dekompensasi psikotik yang lebih terkontrol. Di Negara industri sejumlah pasien skizofrenia berada dalam kelompok sosio ekonomi rendah. Pengamatan tersebut telah dijelaskan oleh hipotesis pergeseran ke bawah (Downward drift hypothesis), yang menyatakan bahwa orang yang terkena bergeser ke kelompok sosioekonomi rendah karena penyakitnya. Suatu penjelasan alternative adalah hipotesis akibat sosial,yang menyatakan stress yang dialami oleh anggota kelompok sosioekonomi rendah berperan dalam perkembangan skizofrenia.
Beberapa pendapat mengatakan bahwa penyebab sosial dari skizofenia di setiap kultur berbeda tergantung dari bagaim ana penyakit mental diterima di dalam kultur, sifat peranan pasien, tersedianya sistem pendukung sosial dan keluarga, dan kompleksitas komunikasi sosial.
c. Faktor Sosiokultural
Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung menimbulkan skizofrenia, biasanya terbatas menentukan “warna” gejala-gejala. Disamping mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut. Beberapa faktor-faktor kebudayaan tersebut :
1. Cara-cara membesarkan anak
Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter,hubungan orang tua anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah dewasa mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul atau justru menjadi penurut yang berlebihan.
2. Sistem Nilai
Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu dengan yang lain, antara masa lalu dengan sekarang sering menimbulkan masalah-masalah kejiwaan. Begitu pula perbedaan moral yang diajarkan dirumah / sekolah dengan yang dipraktekkan di masyarakat sehari-hari.
Sumber :
http://blank-out.livejournal.com/2865.html http://www.santosahospital.com/document/janganbiarkan_drrachmat_5_page_18.pdf
No comments:
Post a Comment